SUASANA DI BASE CAMPS SEMENTARA GENESIS MAKAN BERSAMA DAN SEADANYA..
SETELAH MENDAPAT MATERI ...:)
Rabu, 30 Oktober 2013
Sabtu, 26 Oktober 2013
VISI DAN MISI SERTA MOTTO GENESIS
VISI :
Memperkenalkan dan melestarikan kekayaan alam Kabupaten Bengkayang serta mengembangkan bakat dan minat di bidang
kepecintaaalaman
MISI :
1.Menjaga dan melestarikan Flora dan Fauna yang dilindunggi Pemerintah.
2.Mengadakan suatu kegiatan Antar Organisasi Kepecintaalaman dalam menambah wawasan dan mengasah kemampuan anggota.
3.Mejadikan generasi penerus yang bertanggung jawab terhadap pelestarian alam yang berkelanjutan.
MOTTO :
JIWA,NALURI DAN INSTING
Penjelasannya:
JIWA semangat hidup yang ada dalam diri
NALURI perasaan hati yang diyakini
INSTING: perasaan dalam hati yang kita jalani yang benar dan diyakini.
GENESIS ....
Memperkenalkan dan melestarikan kekayaan alam Kabupaten Bengkayang serta mengembangkan bakat dan minat di bidang
kepecintaaalaman
MISI :
1.Menjaga dan melestarikan Flora dan Fauna yang dilindunggi Pemerintah.
2.Mengadakan suatu kegiatan Antar Organisasi Kepecintaalaman dalam menambah wawasan dan mengasah kemampuan anggota.
3.Mejadikan generasi penerus yang bertanggung jawab terhadap pelestarian alam yang berkelanjutan.
MOTTO :
JIWA,NALURI DAN INSTING
Penjelasannya:
JIWA semangat hidup yang ada dalam diri
NALURI perasaan hati yang diyakini
INSTING: perasaan dalam hati yang kita jalani yang benar dan diyakini.
GENESIS ....
Jumat, 25 Oktober 2013
GOA TAHANGK DI KEC.ANJUNGAN KAB.LANDAK
GOA TAHANGK merupakan goa yang dulu di tempati para penjajah..
dan goa ini menurut warga sekitar masih menggandung magis ..
panjang dan kedalaman goa masih belum diperkirakan..
untuk saat ini akan kami kembangkan.
KEGIATAN GENESIS
dan goa ini menurut warga sekitar masih menggandung magis ..
panjang dan kedalaman goa masih belum diperkirakan..
untuk saat ini akan kami kembangkan.
KEGIATAN GENESIS
GUNUNG BATU BENGKAYANG
Ini merupaka salah satu Gunung di kabupaten bengkayang,gunung ini berada di desa jaku malunu kelurahan bumi emas kecamatan bengkayang,gunung ini memerlukan waktu 3 jam perjalanan dari kota bengkayang..
FOTO KEGIATAN GENESIS
FOTO KEGIATAN GENESIS
Kamis, 24 Oktober 2013
Latihan Bilai'..
SEJARAH BENGKAYANG
Bagi masyarakat Kalimantan Barat, Bengkayang merupakan kata yang sering didengar bahkan sering diucapkan, karena Bengkayang telah ada sejak zaman Kesultanan Sambas dan zaman Pemerintahan Hindia Belanda. Selain itu, Bengkayang merupakan salah satu Kabupaten di propinsi Kalimantan Barat ini, yang dibentuk pada tahun 1999. Akan tetapi sampai saat ini belum jelas asal usul dan arti nama Bengkayang. Mengapa daerah ini dinamakan Bengkayang? Oleh karena itu sub-bab ini menjadi sangat penting untuk menemukan asal kata dan arti Bengkayang. Dengan demikian, maka Bengkayang dapat dipahami secara etimologis sebagai dasar filosofi bagi pembangunan Kabupaten Bengkayang.
Asal usul dan arti nama Bengkayang masih dalam proses pencarian. Bengkayang bagi sebagian orang merupakan perkataan yang jarang didengar dan bahkan ada yang menganggapnya karena salah dengar atau salah ucap semata. Hal itu mungkin disebabkan kelangkaan literatur tentang Bengkayang yang dapat diakses oleh segenap masyarakat di negeri ini. Sampai saat ini belum ditemukan asal kata Bengkayang dari bahasa apa dan apa artinya yang sesungguhnya. Menurut Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, “bengkayang” berarti keras mangkas, keras perutnya (terlalu kenyang dsb). Akan tetapi, Poerwadarminta, dalam kamus tersebut memberikan tanda bahwa kata Bengkayang disangsikan (mungkin karena salah dengar, salah tulis, salah baca dan sebagainya), jarang dipakai (hanya hidup dalam bahasa lingkungan atau daerah), sudah usang atau mati, atau hanya hidup beberapa lamanya lalu tenggelam.
Dari sumber yang penulis himpun, terdapat beberapa versi dalam mengartikan istilah Bengkayang. Menurut versi sesepuh masyarakat Bengkayang bahwa kata Bengkayang berasal dari perkataan Bangkai Bujang. Ketika itu masyarakat pendatang dan suku asli (Dayak) suka berkelahi lalu bangkainya (mayat) dibuang ke sungai.
Versi lain juga menyebutkan bahwa kata Bengkayang berasal dari sebutan Begayang dari bahasa Dayak Bekati’ yang berarti berjalan, berjalan-jalan. Orang Dayak suka keluar kampung dengan cara berjalan kaki, kemudian suatu saat di tengah perjalanan bertemu dengan tentara Belanda. Tentara Belanda tersebut bertanya kepada orang kampung yang berjalan, .. kalian orang mau kemana? Lalu dijawab begayang (berjalan) tuan… Lidah orang Belanda kurang pasih mengucapkan kata Begayang, lalu diucapkannya, o… Bengkayang. Sampai akhirnya sebutan Bengkayang melekat dan akrab ditelinga masyarakat pada waktu itu hingga sekarang.
Dalam bahasa Cina Khek, Bengkayang lebih dikenal dengan sebutan Tainam atau Lala. Lala asal kata Rara, karena dialek masyarakat Tionghoa tidak bisa menyebut huruf r, lalu disebut Lala. Rara sebutan dari masyarakat Dayak Bekati adalah sebuah kampung ujung Sebalo di bawah pegunungan (Tiga Desa) lebih kurang 12 km dari kota Bengkayang. Awal mula terbentuknya kota Bengkayang berasal dari pasar Sebalo lalu pindah ke Selenci kemudian setelah Belanda (VOC) datang pindah ke Bengkayang. Pusat perdagangan sebelum Bengkayang ketika itu ada di Ledo. Orang China datang ke Bengkayang bersamaan dengan kedatangan VOC melalui Sambas lewat Ledo dan Sebalo melalui sungai ke Selence dan akhirnya menetap di Bengkayang. Orang kampung Sebalo jika akan belanja melewati sungai atau lewat lereng gunung dengan mengendarai kuda.
Berdirinya Kota Bengkayang
Kapan dan bagaimana berdirinya kota Bengkayang pada zaman dahulu kala belum diketahui secara akurat dan objektif. Oleh karena itu, sub-bab ini akan berusaha untuk mengupas secara akurat dan objektif mengenai proses berdirinya kota Bengkayang, baik dari sumber tuturan sejarah maupun catatan/laporan tertulis dari orang-orang yang berkompeten akan hal tersebut.
Menurut beberapa sumber yang dapat dipercaya keabsahan dan kevalidannya, keberadaan kota Bengkayang bermula dari kedatangan warga China pekerja tambang emas di Manterado yang sengaja diundang Sultan Sambas pada tahun 1678 M. Setelah beberapa tahun bekerja sebagai pekerja tambang emas di Manterado, sebahagian dari mereka ada yang mengembara ke Bengkayang dan sebagian pulang ke negeri asalnya daratan Tiongkok. Sementara itu, jauh sebelum warga China datang ke Bengkayang, sudah ada penduduk asli yakni suku Dayak yang bermukim di pedalaman Bengkayang. Dengan demikian diperkirakan Bengkayang berdiri tahun 1688 M.
Berdasarkan umur Kelentang tertua yang ada di Bengkayang, yaitu Kelenteng Sakjha, diperkirakan istilah kampung Bengkayang sudah dikenal masyarakat sejak tahun 1728 (kurang lebih 280 tahun silam).
Cikal bakal berdirinya Bengkayang berawal dari sungai Sebalo, Tiga Kampung dan Tainam (bahasa Cina Khek). Tainam merupakan ujung sungai Sebalo (hulu air Sebalo). Sungai Sebalo dahulu sungai besar yang muaranya dari sungai Sambas. Tiga wilayah tersebut adalah tempat bermukimnya warga Dayak dan Melayu serta Cina. Mereka memanfaatkan lereng gunung seperti gunung Sekayok dan gunung Melabo sebagai tempat tinggal dan tempat bercocok tanam. Namun pada tahun 1970 dengan alasan keamanan maka orang kampung yang bermukim di pegunungan diperintahkan turun gunung.
Awalnya Bengkayang merupakan sebuah kampung bagian dari wilayah kerajaan Sambas. Orang pertama yang merintis dan membuka jalan menuju Bengkayang adalah Jerendeng Abdurahman orang Menado. Kampung Bengkayang sebagai tempat singgah para pedagang dan penambang emas dari Singkawang dan Monterado. Para penambang dan pedagang yang kebanyakan berasal dari negeri China, setelah mereka menuju Monterado lalu melanjutkan pengembaraannya ke Bengkayang. Sedangkan para penambang emas di Monterado yang sudah lama sering beristirahat di Singkawang untuk melepas kepenatannya. Bengkayang juga sebagai tempat bercocoktanam seperti menanam padi, kebun karet dan dan sayur mayur. Sebab orang China yang datang ke Kalimantan Barat disamping pandai menggarap tambang emas juga ahli dalam bidang pertanian.
Pada tahun 1930 seorang guru kebangsaan Belanda mengajar Ilmu Bumi menyebut ibukota negeri Lara dan Lumar adalah Bengkayang.
Asal usul dan arti nama Bengkayang masih dalam proses pencarian. Bengkayang bagi sebagian orang merupakan perkataan yang jarang didengar dan bahkan ada yang menganggapnya karena salah dengar atau salah ucap semata. Hal itu mungkin disebabkan kelangkaan literatur tentang Bengkayang yang dapat diakses oleh segenap masyarakat di negeri ini. Sampai saat ini belum ditemukan asal kata Bengkayang dari bahasa apa dan apa artinya yang sesungguhnya. Menurut Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, “bengkayang” berarti keras mangkas, keras perutnya (terlalu kenyang dsb). Akan tetapi, Poerwadarminta, dalam kamus tersebut memberikan tanda bahwa kata Bengkayang disangsikan (mungkin karena salah dengar, salah tulis, salah baca dan sebagainya), jarang dipakai (hanya hidup dalam bahasa lingkungan atau daerah), sudah usang atau mati, atau hanya hidup beberapa lamanya lalu tenggelam.
Dari sumber yang penulis himpun, terdapat beberapa versi dalam mengartikan istilah Bengkayang. Menurut versi sesepuh masyarakat Bengkayang bahwa kata Bengkayang berasal dari perkataan Bangkai Bujang. Ketika itu masyarakat pendatang dan suku asli (Dayak) suka berkelahi lalu bangkainya (mayat) dibuang ke sungai.
Versi lain juga menyebutkan bahwa kata Bengkayang berasal dari sebutan Begayang dari bahasa Dayak Bekati’ yang berarti berjalan, berjalan-jalan. Orang Dayak suka keluar kampung dengan cara berjalan kaki, kemudian suatu saat di tengah perjalanan bertemu dengan tentara Belanda. Tentara Belanda tersebut bertanya kepada orang kampung yang berjalan, .. kalian orang mau kemana? Lalu dijawab begayang (berjalan) tuan… Lidah orang Belanda kurang pasih mengucapkan kata Begayang, lalu diucapkannya, o… Bengkayang. Sampai akhirnya sebutan Bengkayang melekat dan akrab ditelinga masyarakat pada waktu itu hingga sekarang.
Dalam bahasa Cina Khek, Bengkayang lebih dikenal dengan sebutan Tainam atau Lala. Lala asal kata Rara, karena dialek masyarakat Tionghoa tidak bisa menyebut huruf r, lalu disebut Lala. Rara sebutan dari masyarakat Dayak Bekati adalah sebuah kampung ujung Sebalo di bawah pegunungan (Tiga Desa) lebih kurang 12 km dari kota Bengkayang. Awal mula terbentuknya kota Bengkayang berasal dari pasar Sebalo lalu pindah ke Selenci kemudian setelah Belanda (VOC) datang pindah ke Bengkayang. Pusat perdagangan sebelum Bengkayang ketika itu ada di Ledo. Orang China datang ke Bengkayang bersamaan dengan kedatangan VOC melalui Sambas lewat Ledo dan Sebalo melalui sungai ke Selence dan akhirnya menetap di Bengkayang. Orang kampung Sebalo jika akan belanja melewati sungai atau lewat lereng gunung dengan mengendarai kuda.
Berdirinya Kota Bengkayang
Kapan dan bagaimana berdirinya kota Bengkayang pada zaman dahulu kala belum diketahui secara akurat dan objektif. Oleh karena itu, sub-bab ini akan berusaha untuk mengupas secara akurat dan objektif mengenai proses berdirinya kota Bengkayang, baik dari sumber tuturan sejarah maupun catatan/laporan tertulis dari orang-orang yang berkompeten akan hal tersebut.
Menurut beberapa sumber yang dapat dipercaya keabsahan dan kevalidannya, keberadaan kota Bengkayang bermula dari kedatangan warga China pekerja tambang emas di Manterado yang sengaja diundang Sultan Sambas pada tahun 1678 M. Setelah beberapa tahun bekerja sebagai pekerja tambang emas di Manterado, sebahagian dari mereka ada yang mengembara ke Bengkayang dan sebagian pulang ke negeri asalnya daratan Tiongkok. Sementara itu, jauh sebelum warga China datang ke Bengkayang, sudah ada penduduk asli yakni suku Dayak yang bermukim di pedalaman Bengkayang. Dengan demikian diperkirakan Bengkayang berdiri tahun 1688 M.
Berdasarkan umur Kelentang tertua yang ada di Bengkayang, yaitu Kelenteng Sakjha, diperkirakan istilah kampung Bengkayang sudah dikenal masyarakat sejak tahun 1728 (kurang lebih 280 tahun silam).
Cikal bakal berdirinya Bengkayang berawal dari sungai Sebalo, Tiga Kampung dan Tainam (bahasa Cina Khek). Tainam merupakan ujung sungai Sebalo (hulu air Sebalo). Sungai Sebalo dahulu sungai besar yang muaranya dari sungai Sambas. Tiga wilayah tersebut adalah tempat bermukimnya warga Dayak dan Melayu serta Cina. Mereka memanfaatkan lereng gunung seperti gunung Sekayok dan gunung Melabo sebagai tempat tinggal dan tempat bercocok tanam. Namun pada tahun 1970 dengan alasan keamanan maka orang kampung yang bermukim di pegunungan diperintahkan turun gunung.
Awalnya Bengkayang merupakan sebuah kampung bagian dari wilayah kerajaan Sambas. Orang pertama yang merintis dan membuka jalan menuju Bengkayang adalah Jerendeng Abdurahman orang Menado. Kampung Bengkayang sebagai tempat singgah para pedagang dan penambang emas dari Singkawang dan Monterado. Para penambang dan pedagang yang kebanyakan berasal dari negeri China, setelah mereka menuju Monterado lalu melanjutkan pengembaraannya ke Bengkayang. Sedangkan para penambang emas di Monterado yang sudah lama sering beristirahat di Singkawang untuk melepas kepenatannya. Bengkayang juga sebagai tempat bercocoktanam seperti menanam padi, kebun karet dan dan sayur mayur. Sebab orang China yang datang ke Kalimantan Barat disamping pandai menggarap tambang emas juga ahli dalam bidang pertanian.
Pada tahun 1930 seorang guru kebangsaan Belanda mengajar Ilmu Bumi menyebut ibukota negeri Lara dan Lumar adalah Bengkayang.

GUNUNG BAWANG BENGKAYANG
Di Kaki Gunung Bawang, Bengkayang berada. Sebelum dimekar menjadi kabupaten yang otonom, kota ini merupakan bagian dari Kabupaten Sambas. Pada 27 April 1999, pemerintah membentuknya menjadi Kabupaten Bengkayang dengan ibukota Bengkayang. Sebab dikelilingi oleh gunung, Bengkayang, meski panas menggeram, tetap menyebarkan hawa sejuk sebab masih banyak dikelilingi oleh hutan. Setelah matahari terbenam, udara suhu ikut turun dan udara menjadi lebih sejuk. Gunung Bawang yang berada di kabupaten ini merupakan gunung yang dikeramatkan oleh Suku Dayak.
Perjalanan menuju Bengkayang, kami lewat hutan lindung. Jalur utama menuju Bengkayang kami lewati pendering jika dari arah Singkawang. Itulah nama jalur ini sering disebut oleh warga setempat. Jalur ini sudah ada sejak jaman Belanda dan dibuat oleh pemerintahan dagang Belanda, yang kala itu hendak mengakut hasil bumi dari hutan Kalimantan menuju kota dagang, Singkawang atau menuju Pontianak. Jalurpendering merupakan jalur penghubung Singkawang dan Bengkayang dan kota selanjutnya. Jarak tempuh antara Singkawang ke Bengkayang tak kurang dari 2 jam.
Jalur pendering berliku-liku. Perjalanan lewat jalur pendering mengingatkan saya pada jalur lain di Sumatra Barat lewat kelok 44. Kendaraan kami harus melewati hutan lindung dan perkampungan Dayak Bakati’. Tak ada lampu sepanjang jalan di hutan ini. Cahaya lampu dari mobil atau motor yang membuat jalur menjadi terang dan bisa dilewati. Seringnya, lampu sorot mobil yang dipakai sehingga jarak pandang bisa jauh.
Karena jalur hutan yang berbukit dan lembah, maka hampir sepanjang perjalanan, sinyal telepon genggam saya seringkali lenyap. Ya, daerah ini menjadi wilayah dengan paling banyak blank spot, sebab hampir sepanjang perjalanan, tak ada sinyal di handphone. Sekitar satu jam perjalanan, kami berhenti di tengah tol hutan. Kebetulan di tengah tol itu ada satu perkampungan penduduk Dayak Bakati’. Kami singgah untuk rehat sebentar, sambil mengobrol dengan penduduk lokal.
Yang menarik adalah melihat perkembangan kota ini selama 13 tahun terakhir. Infrakstruktur mulai terbangun dengan rapi. Jalan-jalan baru dibuka. Pembukaan lahan baru untuk lokasi perniagaan, perumahan, bisnis, dan perkantoran pemerintah . Tapi masih haru sada usaha promosi sehingga kota ini bisa mengembangkan daya tawar akan potensi bisnis, wisata, atau lainnya yang ada di kota ini. Salah satu infrakstruktur yang cukup menarik untuk dilihat adalah kompleks perkantoran pemerintah yang berada di satu area. Pemerintah Bengkayang membangun kantor pemerintahan yang terpusat di mana kantor bupati dan kantor-kantor dinas lainnya berada satu atap.
Komitmen untuk membangun pemerintahan yang transparan cukup tinggi, terbukti dengan keinginan untuk bisa segera mengaplikasikan Undang Undang No. 14 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Sayangnya, dari segi kapasitas sumber daya manusianya masih belum cukup memahami tentang aplikasi dan implementasi UU tersebut. Sementara media warga lebih banyak menyerap informasi lewat televisi. Sehingga budaya visual berkembang dengan baik di sini. Sementara untuk media cetak belum cukup berkembang di Kabupaten Bengkayang. Kalau berharap media nasional yang datang dari Jakarta bisa sore atau keesokan harinya warga baru baru bisa membaca berita dari koran. Sementara koran dari Pontianak juga tibanya siang. Koran lokal tak ada. Radio hanya ada satu untuk sementara dan itu merupakan radio komunitas. Sehingga pengembangan media merupakan satu kesempatan yang baik ke depan.
Sisi lain, Jalan di pusat niaga kota ini sempit dan kotor. Banyak sampah dibuang di sebarang tempat. Belum lagi, gabungan pasar tradisional menyebabkan bau sampah basah yang ada di sudut-sudut jalan menyebar tak sedap. Membuat lingkungan yang bersih dan nyaman menjadi satu hal lain yang harus diperhatikan bersama. Jangan sampai sampah menumpuk di mana-mana. Bahkan di pinggir jalan besar. Tak lucu kalau mau berkunjung ke kantor Bupati, kita harus lewati jalan yang penuh dengan sampah.
Hal lainnya, jika berkunjung ke Bengkayang Anda bisa tinggal di sebuah hotel yang menggunakan gaya arsitektur rumah Betang. Namanya hotel Lala Golden. Harga kamar hotel di Lala Golden berkisar antara 250 ribu hingga 350 ribu. Hotel juga memberikan sarapan pagi. Selain itu juga ada kolam renang.
Kota Bengkayang masih akan terus berkembang. Sebagai salah satu kabupaten baru, akses informasi publik dapat membantu masyarakat ikut berkembang. Masyarakat Bengkayang bisa punya masa depan yang baik dan menjadi kota yang paling menyenangkan sebagai tempat tinggal jika warga mulai diajak ikut berpartisipasi dalam setiap perencanaan pembangunan.
Perjalanan menuju Bengkayang, kami lewat hutan lindung. Jalur utama menuju Bengkayang kami lewati pendering jika dari arah Singkawang. Itulah nama jalur ini sering disebut oleh warga setempat. Jalur ini sudah ada sejak jaman Belanda dan dibuat oleh pemerintahan dagang Belanda, yang kala itu hendak mengakut hasil bumi dari hutan Kalimantan menuju kota dagang, Singkawang atau menuju Pontianak. Jalurpendering merupakan jalur penghubung Singkawang dan Bengkayang dan kota selanjutnya. Jarak tempuh antara Singkawang ke Bengkayang tak kurang dari 2 jam.
Jalur pendering berliku-liku. Perjalanan lewat jalur pendering mengingatkan saya pada jalur lain di Sumatra Barat lewat kelok 44. Kendaraan kami harus melewati hutan lindung dan perkampungan Dayak Bakati’. Tak ada lampu sepanjang jalan di hutan ini. Cahaya lampu dari mobil atau motor yang membuat jalur menjadi terang dan bisa dilewati. Seringnya, lampu sorot mobil yang dipakai sehingga jarak pandang bisa jauh.
Karena jalur hutan yang berbukit dan lembah, maka hampir sepanjang perjalanan, sinyal telepon genggam saya seringkali lenyap. Ya, daerah ini menjadi wilayah dengan paling banyak blank spot, sebab hampir sepanjang perjalanan, tak ada sinyal di handphone. Sekitar satu jam perjalanan, kami berhenti di tengah tol hutan. Kebetulan di tengah tol itu ada satu perkampungan penduduk Dayak Bakati’. Kami singgah untuk rehat sebentar, sambil mengobrol dengan penduduk lokal.
Yang menarik adalah melihat perkembangan kota ini selama 13 tahun terakhir. Infrakstruktur mulai terbangun dengan rapi. Jalan-jalan baru dibuka. Pembukaan lahan baru untuk lokasi perniagaan, perumahan, bisnis, dan perkantoran pemerintah . Tapi masih haru sada usaha promosi sehingga kota ini bisa mengembangkan daya tawar akan potensi bisnis, wisata, atau lainnya yang ada di kota ini. Salah satu infrakstruktur yang cukup menarik untuk dilihat adalah kompleks perkantoran pemerintah yang berada di satu area. Pemerintah Bengkayang membangun kantor pemerintahan yang terpusat di mana kantor bupati dan kantor-kantor dinas lainnya berada satu atap.
Komitmen untuk membangun pemerintahan yang transparan cukup tinggi, terbukti dengan keinginan untuk bisa segera mengaplikasikan Undang Undang No. 14 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Sayangnya, dari segi kapasitas sumber daya manusianya masih belum cukup memahami tentang aplikasi dan implementasi UU tersebut. Sementara media warga lebih banyak menyerap informasi lewat televisi. Sehingga budaya visual berkembang dengan baik di sini. Sementara untuk media cetak belum cukup berkembang di Kabupaten Bengkayang. Kalau berharap media nasional yang datang dari Jakarta bisa sore atau keesokan harinya warga baru baru bisa membaca berita dari koran. Sementara koran dari Pontianak juga tibanya siang. Koran lokal tak ada. Radio hanya ada satu untuk sementara dan itu merupakan radio komunitas. Sehingga pengembangan media merupakan satu kesempatan yang baik ke depan.
Sisi lain, Jalan di pusat niaga kota ini sempit dan kotor. Banyak sampah dibuang di sebarang tempat. Belum lagi, gabungan pasar tradisional menyebabkan bau sampah basah yang ada di sudut-sudut jalan menyebar tak sedap. Membuat lingkungan yang bersih dan nyaman menjadi satu hal lain yang harus diperhatikan bersama. Jangan sampai sampah menumpuk di mana-mana. Bahkan di pinggir jalan besar. Tak lucu kalau mau berkunjung ke kantor Bupati, kita harus lewati jalan yang penuh dengan sampah.
Hal lainnya, jika berkunjung ke Bengkayang Anda bisa tinggal di sebuah hotel yang menggunakan gaya arsitektur rumah Betang. Namanya hotel Lala Golden. Harga kamar hotel di Lala Golden berkisar antara 250 ribu hingga 350 ribu. Hotel juga memberikan sarapan pagi. Selain itu juga ada kolam renang.
Kota Bengkayang masih akan terus berkembang. Sebagai salah satu kabupaten baru, akses informasi publik dapat membantu masyarakat ikut berkembang. Masyarakat Bengkayang bisa punya masa depan yang baik dan menjadi kota yang paling menyenangkan sebagai tempat tinggal jika warga mulai diajak ikut berpartisipasi dalam setiap perencanaan pembangunan.
Tabah Sampai Akhir
Ketabahan adalah sesuatu yang bisa kita latih
Dan pada hari-hari ini di pendidikan ini
Kita coba latih ketabahan kita
Ketabahan diri kita masing-masing
Dan juga ketabahan kelompok kita
Dingin harus kita hadapi
Lelah harus kita hadapi
Rasa malas harus kita atasi
Semangat harus kita pelihara
Harus kita pertahankan
Rasa setia kawan harus selalu kita
tumbuhkan
Itu semua latihan untuk ketabahan kita
Bukan hanya tabah pada permulaan
Bukan hanya tabah sampai pertengahan
Tetapi tabah sampai akhir
Mari kita renungkan kata-kata ini bersama-sama
Dan kita jadikan salah satu pegangan dalam latihan ini.
Sumber: Buku Diktat Wanadri..
Dan pada hari-hari ini di pendidikan ini
Kita coba latih ketabahan kita
Ketabahan diri kita masing-masing
Dan juga ketabahan kelompok kita
Dingin harus kita hadapi
Lelah harus kita hadapi
Rasa malas harus kita atasi
Semangat harus kita pelihara
Harus kita pertahankan
Rasa setia kawan harus selalu kita
tumbuhkan
Itu semua latihan untuk ketabahan kita
Bukan hanya tabah pada permulaan
Bukan hanya tabah sampai pertengahan
Tetapi tabah sampai akhir
Mari kita renungkan kata-kata ini bersama-sama
Dan kita jadikan salah satu pegangan dalam latihan ini.
Sumber: Buku Diktat Wanadri..
SUNGAI NYABOH TUJUH BELAS
Sungai Nyaboh merupakan sebuah sungai yang mengalir dari Dusun semadum sampai ke Bendungan.Sungai ini terkenal dengan keindahan panorama dan riam-riam disepanjang aliran sungai ini,sebut saja Riam Apang,Riam Tengkuyung,dan masih banyak lagi yang belum tersentuh oleh orang-orang.Sungai nyaboh adalah sungai kedua dari sungai Pisak.
Sungai ini biasa digunakan warga untuuk segala kebutuhan dari mencuci,kosumsi air bersih, hingga tempat wisata dan tempat pemancingan oleh warga-warga sekitar maupun warga dari daerah lain.
Sungai Nyaboh ini masih sangat indah karena warga masih menjaga dan merawat sungai ini dengan adat istiadat yang berlaku di daerah setempat,walau ada sebagian orang-orang yang kurang sadar akan kepedulian lingkungan dan sangat jahil dengan alam disekitar Kecamatan Tujuh Belas ini namun bila terus diberi motivasi untuk menjaga lingkungan mereka juga merespon dengan baik.
Kami selalu berharap teman-teman sekalian bisa juga menjaga lingkungan alam sekitar anda dengan kesadaran akan pentingan kehidupan generasi yang akan datang.
Pesona sungai Nyaboh Kecamatan Tujuh Belas,KABUPATEN BENGKAYANG
Gunung-gunung di Kalimantan Barat
Karena dipengaruhi oleh dataran rendah yang amat luas, maka ketinggian gunung-gunung relatif rendah serta non aktif. Gunung yang paling tinggi adalah gunung Baturaya di Kec. Serawai, Kab. Sintang yang mempunyai ketinggian 2.278 meter dari permukaan laut, jauh lebih rendah dibanding Gunung Semeru (Jatim,3.676 meter) atau Gunung Kerinci (Jambi, 3.805 meter).
Gunung Lawit yang berlokasi di Kapuas Hulu, Kec. Embaloh Hulu dan lebih dahulu dikenal di Kalimantan Barat, ternyata hanya menempati tertinggi ketiga karena mempunyai tinggi 1.767 meter, sedangkan tertinggi kedua adalah Gunung Batusambung (Kec. Ambalau) dengan ketinggian mencapai 1.770 meter .
Statistics and Links to West Kalimantan’s Ribus
Name Elevation Prominence Ribu Category Island Bagging Info
Kerihun 2,005 m 1,140 m Google MarkerTinggi Sedang Borneo
Melatai 1,923 m 1,104 m Google MarkerKurang Tinggi Borneo
Lawit 1,770 m 1,118 m Google MarkerKurang Tinggi Borneo
Saran 1,758 m 1,575 m Google MarkerKurang Tinggi Borneo
Batuensambang 1,744 m 1,072 m Google MarkerKurang Tinggi Borneo
Niut 1,701 m 1,658 m Google MarkerKurang Tinggi Borneo
Berangin 1,652 m 1,323 m Google MarkerKurang Tinggi Borneo
Batutenobong 1,594 m 1,205 m Google MarkerKurang Tinggi Borneo
Berumput 1,590 m 1,559 m Google MarkerKurang Tinggi Borneo
Beturan 1,577 m 1,369 m Google MarkerKurang Tinggi Borneo
Rangga 1,495 m 1,207 m Google MarkerKurang Tinggi Borneo
Bawang 1,438 m 1,330 m Google MarkerKurang Tinggi Borneo Yes
Merdai 1,410 m 1,252 m Google MarkerKurang Tinggi Borneo
Sebayan 1,368 m 1,166 m Google MarkerKurang Tinggi Borneo
Penrissen 1,326 m 893 m Google MarkerSpesial Borneo
Biwa 1,290 m 1,170 m Google MarkerKurang Tinggi Borneo
Ngaras 1,185 m 1,121 m Google MarkerKurang Tinggi Borneo
Palung (Ponti) 1,151 m 1,115 m Google MarkerKurang Tinggi Borneo Yes
Cabang 1,030 m 1,030 m Google MarkerKurang Tinggi Karimata
Kelam 940 m 904 m Google MarkerSpesial Borneo Yes
Batu Daya 499 m 451 m Google MarkerSpesial Borneo Yes
Rabu, 23 Oktober 2013
Adibe Ras Tafari (WASDAL)
Salam Rimba dan Salam Lestari
Avignam Jagat Samagram
Pemberitahuan :
Disarankan kepada Admin ini groups khusus Internal Anggota Kpa Genesis Bengkayang,, dan ini bersifat Organisasi,untuk itu tolong diperhatikan. Sifatnya Yang bukan berhubungan / berkaitan dengan Kpa Genesis Bengkayang harap di keluarkan termasuk bukan anggota. Sekali lagi ditekankan Ini groups khusus anggota. Kalau yang ingin berinteraksi dengan Kpa Genesis Bengkayang silahkan join di FB yang telah dibuat.
Struktur Kepengurusan Organisasi KPA GENESIS Bengkayang
Ketua Umum : Shaam Kharsaryan
Sekretaris: Rendi Kurniawan
Bendahara : Satya WidiAnto
Humas: Billy TheKick Oftheunderground
Badan Diklat : Rukiman Pradinata
Logistik : Berto,Yoga
Struktur Pantia Diklatsar (Pendidikan dan Latihan Dasar) Organisasi KPA GENESIS Bengkayang
Wasdal : Shaam Kharsaryan & Adibe Rastafari
DanOp (Komandan Operasional) : Billy TheKick Oftheunderground
DanLat (Komandan Latihan) : Rukiman Pradinata
DanMed (Komandan Medis) : Berto
DaSis (Komandan Siswa) : Satya WidiAnto
DanLog (Komandan Logistik) : Rendi Kurniawan
DanPur (Komandan Dapur) : Yoga
Cat : Struktur Kepengurusan ini telah nyata disahkan karena dilihat dan dinilai dari kemampuan anggota selama berkegiatan di lapangan. Struktur ini tidak boleh dirubah dan diganggu gugat karena struktur ini juga akan disahkan dalam AD/ART dan GBHKO KPA GENESIS Bengkayang
Tanamkan Rasa Memiliki, Loyalitas, konstribusi, dan Rasa Kebersamaan serta persaudaraan kalian sebagai Anggota KPA GENESIS
KPA GENESIS Bengkayang HARGA MATI , Darah kalian semua menempel disini
Bawalah dan Perjuangkanlah KPA GENESIS Bengkayang dilangit yang luas dan kibarkan Bendera KPA GENESIS Bengkayang di Alam karena kita bagian dari Alam
Wassalam
BUJANKG BENGKAYANG PANG'GALAY'O
cerita rakyat
Tumbang Anoi adalah tempat bersejarah perjalanan masyarakat Dayak. Tumbang Anoi menjadi tempat rapat akbar untuk mengakhiri tradisi ”mengayau” pada tahun 1894. Kini, setelah satu abad berlalu, Tumbang Anoi tetap menjadi sumbu perdamaian bagi masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah.
Mengayau atau memenggal kepala musuh dalam perang antarsuku dahulu kala adalah salah satu kebiasaan sejumlah subsuku Dayak di daratan Kalimantan (kini terbagi menjadi wilayah Indonesia, Malaysia, dan Brunei) yang sangat ditakuti. Kadangkala, mengayau tidak hanya dilakukan dalam peperangan, tetapi juga ketika merampok, mencuri, atau menduduki wilayah subsuku lain.
Sebelum disepakati untuk dihentikan, mengayau makin membudaya karena semakin banyak kepala musuh yang dipenggal (dibuktikan dengan banyaknya tengkorak musuh di rumahnya), seorang lelaki semakin disegani. Bahkan, perselisihan antarsuku terus berlanjut karena masing-masing suku membalas dendam. Perselisihan berkepanjangan itu membuat Residen Belanda di Kalimantan Tenggara yang kini meliputi wilayah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan merasa tidak aman.
Dalam bukunya, Pakat Dayak, KMA M Usop menuturkan, Brus, Residen Belanda Wilayah Kalimantan Tenggara, pada Juni 1893 mengundang semua kepala suku yang terlibat sengketa ke Kuala Kapuas, Kalimantan Tengah, untuk membicarakan upaya perdamaian.
Dalam pertemuan itu disepakati, harus digelar pertemuan lanjutan yang melibatkan seluruh suku Dayak di Borneo untuk membahas berbagai persoalan yang menjadi akar perselisihan. Namun, menggelar pertemuan lanjutan itu bukan pekerjaan mudah. Ketika itu, akses antarwilayah masih mengandalkan sungai.
Satu-satunya kepala suku yang mengajukan diri untuk menjadi tuan rumah pertemuan akbar itu adalah Damang Batu, salah satu kepala suku Dayak Ot Danum di Tumbang Anoi. Sepulang dari Kuala Kapuas, Damang Batu yang ketika itu berumur 73 tahun langsung memulai pekerjaan besarnya menyiapkan tempat dan logistik.
Selama lima bulan hingga akhir 1893, Damang Batu tak pernah menetap di desanya. Ia terus berkeliling ke desa lain untuk mengumpulkan makanan. Ada cerita lain yang menyebutkan, Damang Batu juga menyiapkan 100 kerbau miliknya untuk makanan para undangan. Ia juga meminta masyarakat di Tumbang Anoi dan sekitarnya membangun pondok bagi tamu undangan rapat.
Damang Batu jugalah yang menyebarkan undangan rapat secara berantai kepada kepala suku-kepala suku di daratan Kalimantan.
Sebanyak 152 suku diundang ke Tumbang Anoi. Dalam rapat yang digelar selama dua bulan sejak 22 Mei hingga 24 Juli 1894 itu, sekitar 1.000 orang hadir. Mereka dari suku-suku Dayak dan sejumlah pejabat kolonial Belanda wilayah Borneo. Usop juga mencatat, sedikitnya 50 kerbau, 50 sapi, dan 50 babi, serta bahan makanan lain seperti beras dan ubi kayu disediakan untuk konsumsi mereka yang hadir ketika itu.
Selain mengakhiri tradisi pengayauan, rapat akbar itu juga menyepakati beberapa keputusan penting, di antaranya menghentikan perbudakan dan menjalankan hukum adat Dayak.
Dalam catatan sejarah yang ditulis Usop, rapat di Tumbang Anoi itu juga membahas sekitar 300 perkara. Sebanyak 233 perkara dapat diselesaikan, 24 perkara ditolak karena kedaluwarsa atau sudah lebih dari 30 tahun, dan 57 ditolak karena kekurangan bukti.
Kahayan
Tumbang Anoi adalah salah satu pusat permukiman penduduk Dayak Kadorih, salah satu subsuku Dayak Ot Danum di hulu Sungai Kahayan, Kalimantan Tengah. Tumbang Anoi kini masuk wilayah administratif Kecamatan Damang Batu, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, yang dihuni 418 warga dari 116 keluarga. Untuk mengenang kegigihan mengumpulkan dan menyelenggarakan rapat akbar yang sangat sulit dilakukan saat itu, nama Damang Batu dijadikan nama kecamatan.
Tumbang Anoi berjarak sekitar 300 kilometer arah utara Palangkaraya, ibu kota Kalimantan Tengah. Hingga saat ini, tempat itu masih harus ditempuh dengan perjalanan darat selama tujuh jam, dilanjutkan dengan menggunakan perahu motor menyusuri Sungai Kahayan ke arah hulu selama dua jam dari Tumbang Marikoi, ibu kota Kecamatan Damang Batu.
Waktu tempuh yang amat lama itu dipengaruhi kondisi jalan yang tidak bagus. Sebagian besar jalan belum diaspal dan hanya berupa jalan tanah. Ketika musim hujan, beberapa titik tidak dapat dilalui kendaraan berpenggerak dua roda.
Bekas tempat rapat akbar Tumbang Anoi tahun 1894 kini tinggal puing, berupa tiang-tiang rumah betang atau rumah panjang khas Dayak. Replika rumah betang dibangun tak jauh dari puing-puing rumah betang yang lama.
Malu
Kendati tempat rapat akbar itu tinggal menyisakan puing, semangat Damang Batu masih tetap membekas dan terus diperjuangkan oleh masyarakat Tumbang Anoi. Di daerah itu berkembang budaya malu melakukan kekerasan untuk menghormati Damang Batu yang kerangkanya disimpan di dalam sandung atau semacam rumah panggung kecil di depan rumah betang Tumbang Anoi.
Atmosfir itu terasa, misalnya, begitu kami menginjakkan kaki di Tumbang Anoi. Masyarakat menyapa ramah orang luar yang berkunjung.
Ngoa Huka Batuputera (42), salah satu keturunan Damang Batu dari generasi ketiga, menuturkan, pengorbanan Damang Batu untuk menyatukan seluruh suku Dayak di Borneo sangat membanggakan. ”Rasa bangga itu kami pelihara dengan menghormati semangatnya menjaga perdamaian. Tak hanya tradisi mengayau yang kami akhiri dan kami jaga agar sekarang tidak terulang, kami juga mengupayakan kondisi masyarakat yang tenteram tanpa kekerasan,” kata Ngoa.
Sekretaris Desa Tumbang Anoi Dagon Kapari menuturkan, di desanya nyaris tak pernah ada konflik masyarakat. Nilai-nilai perdamaian Tumbang Anoi diterapkan masyarakatnya dengan kuat. ”Rasanya malu kalau ada perselisihan. Ketika terjadi kerusuhan Sampit tahun 2001, tak ada warga Tumbang Anoi yang ikut-ikutan,” katanya.
Dagon mengakui, kerusuhan Sampit menjadi salah satu noktah dalam lembar sejarah perdamaian masyarakat Dayak yang diupayakan Damang Batu. ”Kami sangat menyesalkan adanya kerusuhan itu. Semua di luar kehendak kami,” kata Dagon.
Tradisi pakanan sahur lewu atau ungkapan syukur atas keselamatan selama satu tahun masih tetap dipertahankan masyarakat Tumbang Anoi. Ini adalah tradisi tahunan setiap Desember untuk memupuk rasa persaudaraan sesama masyarakat Tumbang Anoi yang kini telah beragam keyakinannya.
Dulu, masyarakat Tumbang Anoi menganut keyakinan Kaharingan. Kini, keyakinan yang dianut beragam, antara lain Kaharingan, Kristen, dan Islam. Masyarakat yang berbeda keyakinan saling menghormati dan memahami, misalnya, apa yang boleh atau tidak boleh dihidangkan bagi penganut lainnya.
Tumbang Anoi adalah tempat bersejarah perjalanan masyarakat Dayak. Tumbang Anoi menjadi tempat rapat akbar untuk mengakhiri tradisi ”mengayau” pada tahun 1894. Kini, setelah satu abad berlalu, Tumbang Anoi tetap menjadi sumbu perdamaian bagi masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah.
Mengayau atau memenggal kepala musuh dalam perang antarsuku dahulu kala adalah salah satu kebiasaan sejumlah subsuku Dayak di daratan Kalimantan (kini terbagi menjadi wilayah Indonesia, Malaysia, dan Brunei) yang sangat ditakuti. Kadangkala, mengayau tidak hanya dilakukan dalam peperangan, tetapi juga ketika merampok, mencuri, atau menduduki wilayah subsuku lain.
Sebelum disepakati untuk dihentikan, mengayau makin membudaya karena semakin banyak kepala musuh yang dipenggal (dibuktikan dengan banyaknya tengkorak musuh di rumahnya), seorang lelaki semakin disegani. Bahkan, perselisihan antarsuku terus berlanjut karena masing-masing suku membalas dendam. Perselisihan berkepanjangan itu membuat Residen Belanda di Kalimantan Tenggara yang kini meliputi wilayah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan merasa tidak aman.
Dalam bukunya, Pakat Dayak, KMA M Usop menuturkan, Brus, Residen Belanda Wilayah Kalimantan Tenggara, pada Juni 1893 mengundang semua kepala suku yang terlibat sengketa ke Kuala Kapuas, Kalimantan Tengah, untuk membicarakan upaya perdamaian.
Dalam pertemuan itu disepakati, harus digelar pertemuan lanjutan yang melibatkan seluruh suku Dayak di Borneo untuk membahas berbagai persoalan yang menjadi akar perselisihan. Namun, menggelar pertemuan lanjutan itu bukan pekerjaan mudah. Ketika itu, akses antarwilayah masih mengandalkan sungai.
Satu-satunya kepala suku yang mengajukan diri untuk menjadi tuan rumah pertemuan akbar itu adalah Damang Batu, salah satu kepala suku Dayak Ot Danum di Tumbang Anoi. Sepulang dari Kuala Kapuas, Damang Batu yang ketika itu berumur 73 tahun langsung memulai pekerjaan besarnya menyiapkan tempat dan logistik.
Selama lima bulan hingga akhir 1893, Damang Batu tak pernah menetap di desanya. Ia terus berkeliling ke desa lain untuk mengumpulkan makanan. Ada cerita lain yang menyebutkan, Damang Batu juga menyiapkan 100 kerbau miliknya untuk makanan para undangan. Ia juga meminta masyarakat di Tumbang Anoi dan sekitarnya membangun pondok bagi tamu undangan rapat.
Damang Batu jugalah yang menyebarkan undangan rapat secara berantai kepada kepala suku-kepala suku di daratan Kalimantan.
Sebanyak 152 suku diundang ke Tumbang Anoi. Dalam rapat yang digelar selama dua bulan sejak 22 Mei hingga 24 Juli 1894 itu, sekitar 1.000 orang hadir. Mereka dari suku-suku Dayak dan sejumlah pejabat kolonial Belanda wilayah Borneo. Usop juga mencatat, sedikitnya 50 kerbau, 50 sapi, dan 50 babi, serta bahan makanan lain seperti beras dan ubi kayu disediakan untuk konsumsi mereka yang hadir ketika itu.
Selain mengakhiri tradisi pengayauan, rapat akbar itu juga menyepakati beberapa keputusan penting, di antaranya menghentikan perbudakan dan menjalankan hukum adat Dayak.
Dalam catatan sejarah yang ditulis Usop, rapat di Tumbang Anoi itu juga membahas sekitar 300 perkara. Sebanyak 233 perkara dapat diselesaikan, 24 perkara ditolak karena kedaluwarsa atau sudah lebih dari 30 tahun, dan 57 ditolak karena kekurangan bukti.
Kahayan
Tumbang Anoi adalah salah satu pusat permukiman penduduk Dayak Kadorih, salah satu subsuku Dayak Ot Danum di hulu Sungai Kahayan, Kalimantan Tengah. Tumbang Anoi kini masuk wilayah administratif Kecamatan Damang Batu, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, yang dihuni 418 warga dari 116 keluarga. Untuk mengenang kegigihan mengumpulkan dan menyelenggarakan rapat akbar yang sangat sulit dilakukan saat itu, nama Damang Batu dijadikan nama kecamatan.
Tumbang Anoi berjarak sekitar 300 kilometer arah utara Palangkaraya, ibu kota Kalimantan Tengah. Hingga saat ini, tempat itu masih harus ditempuh dengan perjalanan darat selama tujuh jam, dilanjutkan dengan menggunakan perahu motor menyusuri Sungai Kahayan ke arah hulu selama dua jam dari Tumbang Marikoi, ibu kota Kecamatan Damang Batu.
Waktu tempuh yang amat lama itu dipengaruhi kondisi jalan yang tidak bagus. Sebagian besar jalan belum diaspal dan hanya berupa jalan tanah. Ketika musim hujan, beberapa titik tidak dapat dilalui kendaraan berpenggerak dua roda.
Bekas tempat rapat akbar Tumbang Anoi tahun 1894 kini tinggal puing, berupa tiang-tiang rumah betang atau rumah panjang khas Dayak. Replika rumah betang dibangun tak jauh dari puing-puing rumah betang yang lama.
Malu
Kendati tempat rapat akbar itu tinggal menyisakan puing, semangat Damang Batu masih tetap membekas dan terus diperjuangkan oleh masyarakat Tumbang Anoi. Di daerah itu berkembang budaya malu melakukan kekerasan untuk menghormati Damang Batu yang kerangkanya disimpan di dalam sandung atau semacam rumah panggung kecil di depan rumah betang Tumbang Anoi.
Atmosfir itu terasa, misalnya, begitu kami menginjakkan kaki di Tumbang Anoi. Masyarakat menyapa ramah orang luar yang berkunjung.
Ngoa Huka Batuputera (42), salah satu keturunan Damang Batu dari generasi ketiga, menuturkan, pengorbanan Damang Batu untuk menyatukan seluruh suku Dayak di Borneo sangat membanggakan. ”Rasa bangga itu kami pelihara dengan menghormati semangatnya menjaga perdamaian. Tak hanya tradisi mengayau yang kami akhiri dan kami jaga agar sekarang tidak terulang, kami juga mengupayakan kondisi masyarakat yang tenteram tanpa kekerasan,” kata Ngoa.
Sekretaris Desa Tumbang Anoi Dagon Kapari menuturkan, di desanya nyaris tak pernah ada konflik masyarakat. Nilai-nilai perdamaian Tumbang Anoi diterapkan masyarakatnya dengan kuat. ”Rasanya malu kalau ada perselisihan. Ketika terjadi kerusuhan Sampit tahun 2001, tak ada warga Tumbang Anoi yang ikut-ikutan,” katanya.
Dagon mengakui, kerusuhan Sampit menjadi salah satu noktah dalam lembar sejarah perdamaian masyarakat Dayak yang diupayakan Damang Batu. ”Kami sangat menyesalkan adanya kerusuhan itu. Semua di luar kehendak kami,” kata Dagon.
Tradisi pakanan sahur lewu atau ungkapan syukur atas keselamatan selama satu tahun masih tetap dipertahankan masyarakat Tumbang Anoi. Ini adalah tradisi tahunan setiap Desember untuk memupuk rasa persaudaraan sesama masyarakat Tumbang Anoi yang kini telah beragam keyakinannya.
Dulu, masyarakat Tumbang Anoi menganut keyakinan Kaharingan. Kini, keyakinan yang dianut beragam, antara lain Kaharingan, Kristen, dan Islam. Masyarakat yang berbeda keyakinan saling menghormati dan memahami, misalnya, apa yang boleh atau tidak boleh dihidangkan bagi penganut lainnya.
PENTINGNYA SEMBOYAN BHINNEKA TUNGGAL IKA
Arti Bhinneka Tunggal Ika adalah berbeda-beda tetapi satu jua yang berasal dari buku atau kitab sutasoma karangan Mpu Tantular / Empu Tantular. Secara mendalam Bhineka Tunggal Ika memiliki makna walaupun di Indonesia terdapat banyak suku, agama, ras, kesenian, adat, bahasa, dan lain sebagainya namun tetap satu kesatuan yang sebangsa dan setanah air. Dipersatukan dengan bendera, lagu kebangsaan, mata uang, bahasa dan lain-lain yang sama.
Kata-kata Bhinneka Tunggal Ika juga terdapat pada lambang negara Republik Indonesia yaitu Burung Garuda Pancasila. Di kaki Burung Garuda Pancasila mencengkram sebuah pita yang bertuliskan Bhinneka Tunggal Ika. Kata-kata tersebut dapat pula diartikan : Berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Makna Bhineka Tunggal Ika dalam Persatuan IndonesiaSebagaimana dijelaskan dimuka bahwa walaupun bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang memiliki kebudayaan dan adat-istiadat yang beraneka ragam namun keseluruhannya merupakan suatu persatuan. Penjelmaan persatuan bangsa dan wilayah negara Indonesia tersebut disimpulkan dalam PP. No. 66 tahun 1951, 17 Oktober diundangkan tanggal 28 Nopember 1951, dan termuat dalam Lembaran Negara No. II tahun 1951.
Makna Bhineka Tunggal Ika yaitu meskipun bangsa dan negara Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa yang memiliki kebudayaan dan adat-istiadat yang bermacam-macam serta beraneka ragam kepulauan wilayah negara Indonesia namun keseluruhannya itu merupakan suatu persatuan yaitu bangsa dan negara Indonesia. Keanekaragaman tersebut bukanlah merupakan perbedaan yang bertentangan namun justru keanekaragaman itu bersatu dalam satu sintesa yang pada gilirannya justru memperkaya sifat dan makna persatuan bangsa dan negara Indonesia.Dalam praktek tumbuh dan berkembangnya persatuan suatu bangsa (nasionalisme) terdapat dua aspek kekuasaan yang mempengaruhi yaitu kekuasaan pisik (lahir), atau disebut juga kekuasan material yang berupa kekerasan, paksaan dan kekuasaan idealis (batin) yang berupa nafsu psikis, ide-ide dan kepercayaan-kepercayaan.
Proses nasionalisme (persatuan) yang dikuasai oleh kekuasaan pisik akan tumbuh dan berkembang menjadi bangsa yang bersifat materialis. Sebaliknya proses nasionalisme (persatuan) yang dalam pertumbuhannya dikuasai oleh kekuasaan idealis maka akan tumbuh dan berkembang menjadi negara yang ideal yang jauh dari realitas bangsa dan negara. Oleh karena itu bagi bangsa Indonesia prinsip-prinsip nasionalisme itu tidak berat sebelah, namun justru merupakan suatu sintesa yang serasi dan harmonis baik hal-hal yang bersifat lahir maupun hal-hal yang bersifat batin. Prinsip tersebut adalah yang paling sesuai dengan hakikat manusia yang bersifat monopluralis yang terkandung dalam Pancasila.
Di dalam perkembangan nasionalisme didunia terdapat berbagai macam teori antara lain Hans Kohn yang menyatakan bahwa :“ Nasionalisme terbentuk ke persamaan bahasa, ras, agama, peradaban, wilayah negara dan kewarganegaraan “. Bangsa tumbuh dan berkembang dari analisir-analisir akar-akar yang terbentuk melalui jalannya sejarah. Dalam masalah ini bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa yang memiliki adat-istiadat dan kebudayaan yang beraneka ragam serta wilayah negara Indonesia yang terdiri atas beribu-ribu kepulauan. Oleh karena itu keadaan yang beraneka ragam itu bukanlah merupakan suatu perbedaan yang saling bertentangan namun perbedaan itu justru merupakan daya penarik kearah resultan sehingga seluruh keanekaragaman itu terwujud dalam suatu kerjasama yang luhur yaitu persatuan dan kesatuan bangsa.
Selain dari itu dalam kenyataan objektif pertumbuhan nasionalisme Indonesia telah dibentuk dalam perjalanan sejarah yang pokok yang berakar dalam adat-istiadat dan kebudayaan. Prinsip-prinsip nasionalisme Indonesia (Persatuan Indonesia) tersusun dalam kesatuan majemuk tunggal yaitu :a) Kesatuan sejarah; yaitu bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang dalam suatu proses sejarah.b) Kesatuan nasib; yaitu berda dalam satu proses sejarah yang sama dan mengalami nasib yang sama yaitu dalam penderitaan penjajah dan kebahagiaan bersama.c) Kesatuan kebudayaan; yaitu keanekaragaman kebudayaan tumbuh menjadi suatu bentuk kebudayaan nasional.d) Kesatuan asas kerohanian; yaitu adanya ide, cita-cita dan nilai-nilai kerokhanian yang secara keseluruhan tersimpul dalam Pancasila.
Berdasarkan prinsip-prinsip nasionalisme yang tersimpul dalam sila ketiga tersebut dapat disimpulkan bahwa naionalisme (Persatuan Indonesia) pada masa perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia memiliki peranan historis yaitu mampu mewujudkan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Jadi “ Persatuan Indonesia “ sebagai jiwa dan semangat perjuangan kemerdekaan RI.D. Peran Persatuan Indonesia dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Menurut Muhammad Yamin bangsa Indonesia dalam merintis terbentuknya suatu bangsa dalam panggung politik Internasional melalui suatu proses sejarahnya sendiri yang tidak sama dengan bangsa lain.
Dalam proses terbentuknya persatuan tersebut bangsa Indonesia menginginkan suatu bangsa yang benar-benar merdeka, mandiribebas menentukan nasibnya sendiri tidak tergantung pada bangsa lain. Menurutnya terwujudnya Persatuan Kebangsaan Indonesia itu berlangsung melalui tiga fase. Pertama Zaman Kebangsaan Sriwijaya, kedua Zaman Kebangsaan Majapahit, dan ketiga Zaman Kebangsaan Indonesia Merdeka (yang diplokamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945). Kebangsaan Indonesia pertama dan kedua itu disebutnya sebagai nasionalisme lama, sedangkan fase ketiga disebutnya sebagai nasionalisme Indonesia Modern, yaitu suatu Nationale Staat atau Etat Nationale yaitu suatu negara Kebangsaan Indonesia Modern menurut susunan kekeluargaan yang berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa serta kemanusiaan.
Pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, pengertian “ Persatuan Indonesia “ adalah sebagai faktor kunci yaitu sebagai sumber semangat, motivasi dan penggerak perjuangan Indonesia. Hal itu tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi sebagai berikut : “ Dan perjuangan pergerakan Indonesia telah sampailah pada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa menghantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur “.Cita-cita untuk mencapai Indonesia merdeka dalam bentuk organisasi modern baik berdasarkan agama Islam, paham kebangsaan ataupun sosialisme itu dipelopori oleh berdirinya Serikat Dagang Islam (1990), Budi Utomo (1908), kemudian Serikat Islam (1911), Muhammadiyah (1912),Indiche Partij (1911), Perhimpunan Indonesia (1924), Partai Nasional Indonesia (1929), Partindo (1933) dan sebagainya.
Integrasi pergerakan dalam mencapai cita-cita itu pertama kali tampak dalam bentuk federasi seluruh organisasi politik/ organisasi masyarakat yang ada yaitu permufakatan perhimpunan-perhimpunan Politik Kemerdekaan Indonesia (1927).Kebulatan tekad untuk mewujudkan “ Persatuan Indonesia “ kemudian tercermin dalam ikrar “ Sumpah Pemuda “ yang dipelopori oleh pemuda perintis kemerdekaan pada tanggal 28 Oktober 1928 diJakarta yang berbunyi :
a. PERTAMA. Kami Putra dan Putri Indonesia Mengaku Bertumpah darah Satu Tanah Air Indonesia.
b. KEDUA. Kami Putra dan Putri Indonesia Mengaku Berbangsa Satu Bangsa Indonesia.
c. KETIGA. Kami Putra dan Putri Indonesia Menjunjung Bahasa Persatuan Bahasa Indonesia.
Kalau kita lihat, Sumpah Pemuda yang mengatakan Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa Indonesia maka ada tiga aspek Persatuan Indonesia yaitu :
1. Aspek Satu Nusa : yaitu aspek wilayah, nusa berarti pulau, jadi wilayah yang dilambangkan untuk disatukan adalah wilayah pulau-pulau yang tadinya bernama Hindia Belanda yang saat itu dijajah oleh Belanda. Ini untuk pertama kali secara tegas para pejuang kemerdekaan meng-klaim wilyah yang akan dijadikan wilayah Indonesia merdeka.
2. Aspek Satu Bangsa : yaitu nama baru dari suku-suku bangsa yang berada da wilayah yang tadinya bernama Hindia Belanda yang tadinya dijajh oleh Belanda memplokamirkan satu nama baru sebagai Bangsa Indonesia. Ini adalah awal mula dari rasa nasionalisme sebagai kesatuan bangsa yang berada di wilayah sabang sampai Merauke.
3. Aspek Satu Bahasa : yaitu agar wilayah dan bangsa baru yang bterdiri dari berbagai suku dan bahasa bisa berkomunikasi dengan baik maka dipakailah sarana bahasa Indonesia yang ditarik dari bahasa Melayu dengan pembaharuan yang bernuansakan pergerakan kearah Indonesia yang Merdaka. Untuk pertama kali para pejuang kemerdekaan memplokamirkan bahasa yang akan dipakai negara Indonesia merdeka yaitu bahasa Indonesia.
Hari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 itulah pangkal tumpuan cita-cita menuju Indonesia merdeka. Memang diakui bahwa persatuan berkali-kali mengalami gangguan dan kerenggangan. Perjuangan kemerdekaan antara partai politik/ organisasi masyarakat pada waktu itu dangan segala strategi dan aksinya baik yang kooperatif maupun non kooperatif terhadap pemerintahan Hindia Belanda mengalami pasang naik federasi maupun fusi dalam gabungan politik Indonesia (1939) dan fusi terakhir Majelis Rakyat Indonesia.
Indonesia di jajah BELANDA selama 350 tahun atau 3,5 Abad, maka untuk itu Indonesia memilih semboyan BHINNEKA TUNGGAL IKA, yang bertujuan untuk mempersatukan bangsa Indonesia agar dapat mengusir penjajah dari bumi ibu pertiwi ini.Tetapi semboyan Bhinneka Tunggal Ika pada zaman sekarang sudah tidak berguna lagi di masyarakat Indonesia, karena banyaknya tawuran antar Desa, Antara pelajar, dan lain-lain sudah menjamur di seluruh pelosok Indonesia.Jadi Pengorbanan masyarakat dulu sudah tidak berarti lagi di zaman sekarang, pada zaman dahulu banya peristiwa heroik terjadi setelah ataupun sebelum kemerdekaan, contoh saja peristiwa besar yang terjadi di kota SURABAYA pertempuran antara arek-arek SURABAYA dan sekitarnya melawan para tentara Sekutu yang ingin menjajah kembali Indonesia, tetapi dengan gagahnya pemuda-pemuda itu bersatu dan mengusir tentara sekutu.
Semua itu di lakukan agar para anak cucunya di masa depan agar bisa merasakan kehidupan yang lebih baik dari mereka, maka untuk itu kita harus membangkitkan rasa NASIONALISME kita terhadap bangsa ini, jangan cuma pada saat Malaysia mengklaim sesuatu milik kita menjadi kepunyaan mereka, maka kita harus menghargai jasa para pahlawan zaman dulu, karena tanpa jasanya kita tidak bisa hidup nyaman seperti sekarang ini.
Bhineka Tunggal Ika merupakan semboyan negara Indonesia sebagai dasar untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan Indonesia,dimana kita haruslah dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari yaitu hidup saling menghargai antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya tanpa memandang suku bangsa,agama,bahasa,adat istiadat,warna kulit dan lain-lain.Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beribu-ribu pulau dimana setiap daerah memiliki adat istiadat,bahasa,aturan,kebiasaan dan lain-lain yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya tanpa adanya kesadaran sikap untuk menjaga Bhineka tunggal Ika pastinya akan terjadi berbagai kekacauan di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dimana setiap oarng akan hanya mementingkana dirinya sendiri atau daerahnya sendiri tanpa perduli kepentngan bersama.Bila hal tersebut terjadi pastinya negara kita ini akan terpecah belah.
Oleh sebab itu marilah kita jaga bhineka tunggal ika dengan sebai-baiknya agar persatuan bangsa dan negara Indonesia tetap terjaga dan kita pun haruslah sadar bahwa menyatukan bangsa ini memerlukan perjuangan yang panjang yang dilakukan oleh para pendahulu kita dalam menyatukan wilayah republik Indonesia menjadi negara kesatuan.
Kata-kata Bhinneka Tunggal Ika juga terdapat pada lambang negara Republik Indonesia yaitu Burung Garuda Pancasila. Di kaki Burung Garuda Pancasila mencengkram sebuah pita yang bertuliskan Bhinneka Tunggal Ika. Kata-kata tersebut dapat pula diartikan : Berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Makna Bhineka Tunggal Ika dalam Persatuan IndonesiaSebagaimana dijelaskan dimuka bahwa walaupun bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang memiliki kebudayaan dan adat-istiadat yang beraneka ragam namun keseluruhannya merupakan suatu persatuan. Penjelmaan persatuan bangsa dan wilayah negara Indonesia tersebut disimpulkan dalam PP. No. 66 tahun 1951, 17 Oktober diundangkan tanggal 28 Nopember 1951, dan termuat dalam Lembaran Negara No. II tahun 1951.
Makna Bhineka Tunggal Ika yaitu meskipun bangsa dan negara Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa yang memiliki kebudayaan dan adat-istiadat yang bermacam-macam serta beraneka ragam kepulauan wilayah negara Indonesia namun keseluruhannya itu merupakan suatu persatuan yaitu bangsa dan negara Indonesia. Keanekaragaman tersebut bukanlah merupakan perbedaan yang bertentangan namun justru keanekaragaman itu bersatu dalam satu sintesa yang pada gilirannya justru memperkaya sifat dan makna persatuan bangsa dan negara Indonesia.Dalam praktek tumbuh dan berkembangnya persatuan suatu bangsa (nasionalisme) terdapat dua aspek kekuasaan yang mempengaruhi yaitu kekuasaan pisik (lahir), atau disebut juga kekuasan material yang berupa kekerasan, paksaan dan kekuasaan idealis (batin) yang berupa nafsu psikis, ide-ide dan kepercayaan-kepercayaan.
Proses nasionalisme (persatuan) yang dikuasai oleh kekuasaan pisik akan tumbuh dan berkembang menjadi bangsa yang bersifat materialis. Sebaliknya proses nasionalisme (persatuan) yang dalam pertumbuhannya dikuasai oleh kekuasaan idealis maka akan tumbuh dan berkembang menjadi negara yang ideal yang jauh dari realitas bangsa dan negara. Oleh karena itu bagi bangsa Indonesia prinsip-prinsip nasionalisme itu tidak berat sebelah, namun justru merupakan suatu sintesa yang serasi dan harmonis baik hal-hal yang bersifat lahir maupun hal-hal yang bersifat batin. Prinsip tersebut adalah yang paling sesuai dengan hakikat manusia yang bersifat monopluralis yang terkandung dalam Pancasila.
Di dalam perkembangan nasionalisme didunia terdapat berbagai macam teori antara lain Hans Kohn yang menyatakan bahwa :“ Nasionalisme terbentuk ke persamaan bahasa, ras, agama, peradaban, wilayah negara dan kewarganegaraan “. Bangsa tumbuh dan berkembang dari analisir-analisir akar-akar yang terbentuk melalui jalannya sejarah. Dalam masalah ini bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa yang memiliki adat-istiadat dan kebudayaan yang beraneka ragam serta wilayah negara Indonesia yang terdiri atas beribu-ribu kepulauan. Oleh karena itu keadaan yang beraneka ragam itu bukanlah merupakan suatu perbedaan yang saling bertentangan namun perbedaan itu justru merupakan daya penarik kearah resultan sehingga seluruh keanekaragaman itu terwujud dalam suatu kerjasama yang luhur yaitu persatuan dan kesatuan bangsa.
Selain dari itu dalam kenyataan objektif pertumbuhan nasionalisme Indonesia telah dibentuk dalam perjalanan sejarah yang pokok yang berakar dalam adat-istiadat dan kebudayaan. Prinsip-prinsip nasionalisme Indonesia (Persatuan Indonesia) tersusun dalam kesatuan majemuk tunggal yaitu :a) Kesatuan sejarah; yaitu bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang dalam suatu proses sejarah.b) Kesatuan nasib; yaitu berda dalam satu proses sejarah yang sama dan mengalami nasib yang sama yaitu dalam penderitaan penjajah dan kebahagiaan bersama.c) Kesatuan kebudayaan; yaitu keanekaragaman kebudayaan tumbuh menjadi suatu bentuk kebudayaan nasional.d) Kesatuan asas kerohanian; yaitu adanya ide, cita-cita dan nilai-nilai kerokhanian yang secara keseluruhan tersimpul dalam Pancasila.
Berdasarkan prinsip-prinsip nasionalisme yang tersimpul dalam sila ketiga tersebut dapat disimpulkan bahwa naionalisme (Persatuan Indonesia) pada masa perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia memiliki peranan historis yaitu mampu mewujudkan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Jadi “ Persatuan Indonesia “ sebagai jiwa dan semangat perjuangan kemerdekaan RI.D. Peran Persatuan Indonesia dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Menurut Muhammad Yamin bangsa Indonesia dalam merintis terbentuknya suatu bangsa dalam panggung politik Internasional melalui suatu proses sejarahnya sendiri yang tidak sama dengan bangsa lain.
Dalam proses terbentuknya persatuan tersebut bangsa Indonesia menginginkan suatu bangsa yang benar-benar merdeka, mandiribebas menentukan nasibnya sendiri tidak tergantung pada bangsa lain. Menurutnya terwujudnya Persatuan Kebangsaan Indonesia itu berlangsung melalui tiga fase. Pertama Zaman Kebangsaan Sriwijaya, kedua Zaman Kebangsaan Majapahit, dan ketiga Zaman Kebangsaan Indonesia Merdeka (yang diplokamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945). Kebangsaan Indonesia pertama dan kedua itu disebutnya sebagai nasionalisme lama, sedangkan fase ketiga disebutnya sebagai nasionalisme Indonesia Modern, yaitu suatu Nationale Staat atau Etat Nationale yaitu suatu negara Kebangsaan Indonesia Modern menurut susunan kekeluargaan yang berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa serta kemanusiaan.
Pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, pengertian “ Persatuan Indonesia “ adalah sebagai faktor kunci yaitu sebagai sumber semangat, motivasi dan penggerak perjuangan Indonesia. Hal itu tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi sebagai berikut : “ Dan perjuangan pergerakan Indonesia telah sampailah pada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa menghantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur “.Cita-cita untuk mencapai Indonesia merdeka dalam bentuk organisasi modern baik berdasarkan agama Islam, paham kebangsaan ataupun sosialisme itu dipelopori oleh berdirinya Serikat Dagang Islam (1990), Budi Utomo (1908), kemudian Serikat Islam (1911), Muhammadiyah (1912),Indiche Partij (1911), Perhimpunan Indonesia (1924), Partai Nasional Indonesia (1929), Partindo (1933) dan sebagainya.
Integrasi pergerakan dalam mencapai cita-cita itu pertama kali tampak dalam bentuk federasi seluruh organisasi politik/ organisasi masyarakat yang ada yaitu permufakatan perhimpunan-perhimpunan Politik Kemerdekaan Indonesia (1927).Kebulatan tekad untuk mewujudkan “ Persatuan Indonesia “ kemudian tercermin dalam ikrar “ Sumpah Pemuda “ yang dipelopori oleh pemuda perintis kemerdekaan pada tanggal 28 Oktober 1928 diJakarta yang berbunyi :
a. PERTAMA. Kami Putra dan Putri Indonesia Mengaku Bertumpah darah Satu Tanah Air Indonesia.
b. KEDUA. Kami Putra dan Putri Indonesia Mengaku Berbangsa Satu Bangsa Indonesia.
c. KETIGA. Kami Putra dan Putri Indonesia Menjunjung Bahasa Persatuan Bahasa Indonesia.
Kalau kita lihat, Sumpah Pemuda yang mengatakan Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa Indonesia maka ada tiga aspek Persatuan Indonesia yaitu :
1. Aspek Satu Nusa : yaitu aspek wilayah, nusa berarti pulau, jadi wilayah yang dilambangkan untuk disatukan adalah wilayah pulau-pulau yang tadinya bernama Hindia Belanda yang saat itu dijajah oleh Belanda. Ini untuk pertama kali secara tegas para pejuang kemerdekaan meng-klaim wilyah yang akan dijadikan wilayah Indonesia merdeka.
2. Aspek Satu Bangsa : yaitu nama baru dari suku-suku bangsa yang berada da wilayah yang tadinya bernama Hindia Belanda yang tadinya dijajh oleh Belanda memplokamirkan satu nama baru sebagai Bangsa Indonesia. Ini adalah awal mula dari rasa nasionalisme sebagai kesatuan bangsa yang berada di wilayah sabang sampai Merauke.
3. Aspek Satu Bahasa : yaitu agar wilayah dan bangsa baru yang bterdiri dari berbagai suku dan bahasa bisa berkomunikasi dengan baik maka dipakailah sarana bahasa Indonesia yang ditarik dari bahasa Melayu dengan pembaharuan yang bernuansakan pergerakan kearah Indonesia yang Merdaka. Untuk pertama kali para pejuang kemerdekaan memplokamirkan bahasa yang akan dipakai negara Indonesia merdeka yaitu bahasa Indonesia.
Hari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 itulah pangkal tumpuan cita-cita menuju Indonesia merdeka. Memang diakui bahwa persatuan berkali-kali mengalami gangguan dan kerenggangan. Perjuangan kemerdekaan antara partai politik/ organisasi masyarakat pada waktu itu dangan segala strategi dan aksinya baik yang kooperatif maupun non kooperatif terhadap pemerintahan Hindia Belanda mengalami pasang naik federasi maupun fusi dalam gabungan politik Indonesia (1939) dan fusi terakhir Majelis Rakyat Indonesia.
Indonesia di jajah BELANDA selama 350 tahun atau 3,5 Abad, maka untuk itu Indonesia memilih semboyan BHINNEKA TUNGGAL IKA, yang bertujuan untuk mempersatukan bangsa Indonesia agar dapat mengusir penjajah dari bumi ibu pertiwi ini.Tetapi semboyan Bhinneka Tunggal Ika pada zaman sekarang sudah tidak berguna lagi di masyarakat Indonesia, karena banyaknya tawuran antar Desa, Antara pelajar, dan lain-lain sudah menjamur di seluruh pelosok Indonesia.Jadi Pengorbanan masyarakat dulu sudah tidak berarti lagi di zaman sekarang, pada zaman dahulu banya peristiwa heroik terjadi setelah ataupun sebelum kemerdekaan, contoh saja peristiwa besar yang terjadi di kota SURABAYA pertempuran antara arek-arek SURABAYA dan sekitarnya melawan para tentara Sekutu yang ingin menjajah kembali Indonesia, tetapi dengan gagahnya pemuda-pemuda itu bersatu dan mengusir tentara sekutu.
Semua itu di lakukan agar para anak cucunya di masa depan agar bisa merasakan kehidupan yang lebih baik dari mereka, maka untuk itu kita harus membangkitkan rasa NASIONALISME kita terhadap bangsa ini, jangan cuma pada saat Malaysia mengklaim sesuatu milik kita menjadi kepunyaan mereka, maka kita harus menghargai jasa para pahlawan zaman dulu, karena tanpa jasanya kita tidak bisa hidup nyaman seperti sekarang ini.
Bhineka Tunggal Ika merupakan semboyan negara Indonesia sebagai dasar untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan Indonesia,dimana kita haruslah dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari yaitu hidup saling menghargai antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya tanpa memandang suku bangsa,agama,bahasa,adat istiadat,warna kulit dan lain-lain.Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beribu-ribu pulau dimana setiap daerah memiliki adat istiadat,bahasa,aturan,kebiasaan dan lain-lain yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya tanpa adanya kesadaran sikap untuk menjaga Bhineka tunggal Ika pastinya akan terjadi berbagai kekacauan di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dimana setiap oarng akan hanya mementingkana dirinya sendiri atau daerahnya sendiri tanpa perduli kepentngan bersama.Bila hal tersebut terjadi pastinya negara kita ini akan terpecah belah.
Oleh sebab itu marilah kita jaga bhineka tunggal ika dengan sebai-baiknya agar persatuan bangsa dan negara Indonesia tetap terjaga dan kita pun haruslah sadar bahwa menyatukan bangsa ini memerlukan perjuangan yang panjang yang dilakukan oleh para pendahulu kita dalam menyatukan wilayah republik Indonesia menjadi negara kesatuan.
Selasa, 22 Oktober 2013
Kegiatan Kami Genesi Berpetualang Dan Selalu Belajar
Ini Kegiatan kami di pantai gosong Kab.Bengkayang ,Kec.Sungai raya kepulauan'
Bersama para Master Dari Mapala,
Bersama para Master Dari Mapala,
Mapaligi-Unikom,Mata-Ump,Arkha-Upb,Enggang gading-Stain dalam latihan Repling..
Melatih Anak Kecil ini yang masih perlu bimbinggan dari yang tua dan yang lebih ahlinya ..
Terima kasih sebesar-besarnya atas apa yang diberikan kepada kami Genesis'
Saya Perwira Gendut Komandan Latihan sangat-sangat berterima kasih telah di pertemu kan dengan Mapala-Mapala ini,...TERIMA KASIH :)
Melatih Anak Kecil ini yang masih perlu bimbinggan dari yang tua dan yang lebih ahlinya ..
Terima kasih sebesar-besarnya atas apa yang diberikan kepada kami Genesis'
Saya Perwira Gendut Komandan Latihan sangat-sangat berterima kasih telah di pertemu kan dengan Mapala-Mapala ini,...TERIMA KASIH :)
Sejarah Pecinta Alam
SEJARAH PENCINTA ALAM
Sejak zaman prasejarah diamana manusia berburu dan mengumpulkan
makanan,alam adalah "rumah" mereka. Gunung adalah sandaran
keapala,padang rumput adalah tempat mereka berbaring tubuh,dan ua-gua
adalah tempat mereka bersembunyi.
Di INDONESIA ,sejarah pendakian
gunung dimulai sejak tahun 1623 saat yan Castersz menemukan "pegunungan
sangat tinngi di beberapa tempat tertutup salju" di papua.Nama orang
Eropa ini kemudian di gunakan untuk salah satu gugusan pegunungan jaya
wijaya yakni puncak Cartensz . pada tahun 1786 puncak gunung tertinggi
pertama dicapai manusia adalah puncak mont blanc (4807) di prancis ,
lalu pada tahun 1852 puncak everest setinngi 8840 meter ditemukan. orang
nepal menyebutnya sagarmatha, atau Chomolungma menurut orang tibet.
Puncak everest berhasil dicapai manusia pada tahun 1953 melalui kerja
sama sir Ednund Hillary dari selandia baru dan sherpa Tenzing Norgay
yang tergabung dalam suatu expedisi inggris, sejak saat itu, pendakian
keatap-atap dunia pun semakin ramai.
Di indonesia SEJARAH PECINTA
ALAM dimulai dari sebuah perkumpulan yaitu ,"perkumpulan pecinta
alam"(PPA). Berdiri 18 Oktober 1953. PPA merupakan perkumpulan Hobby
yang diartikan sebagai sesuatu kegemaran positif serta suci.Tujuan
mereka adalah memperluas serta mempertinggi rasa cinta terhadap alam
seisinya dalam kalangan anggotanya dan masyarakat umumnya..
Langganan:
Postingan (Atom)