Rabu, 30 Oktober 2013

SUASANA DI GENESIS

SUASANA DI BASE CAMPS SEMENTARA GENESIS MAKAN BERSAMA DAN SEADANYA..
SETELAH MENDAPAT MATERI ...:)








Sabtu, 26 Oktober 2013

VISI DAN MISI SERTA MOTTO GENESIS

VISI :
Memperkenalkan dan melestarikan kekayaan alam Kabupaten Bengkayang serta mengembangkan bakat dan minat di bidang
kepecintaaalaman

MISI :
1.Menjaga dan melestarikan Flora dan Fauna yang dilindunggi Pemerintah.
2.Mengadakan suatu kegiatan Antar Organisasi Kepecintaalaman dalam menambah wawasan dan mengasah kemampuan anggota.
3.Mejadikan generasi penerus yang bertanggung jawab terhadap pelestarian alam yang berkelanjutan.


MOTTO :
JIWA,NALURI DAN INSTING

Penjelasannya:
JIWA semangat hidup yang ada dalam diri
NALURI perasaan hati yang diyakini
INSTING: perasaan dalam hati yang kita jalani yang benar dan diyakini.




GENESIS ....

Jumat, 25 Oktober 2013

GOA TAHANGK DI KEC.ANJUNGAN KAB.LANDAK

GOA TAHANGK merupakan goa yang dulu di tempati para penjajah..
dan goa ini menurut warga sekitar masih menggandung magis ..
panjang dan kedalaman goa masih belum diperkirakan..

untuk saat ini akan kami kembangkan.







KEGIATAN GENESIS

GUNUNG BATU BENGKAYANG

Ini merupaka salah satu Gunung di kabupaten bengkayang,gunung ini berada di desa jaku malunu kelurahan bumi emas kecamatan bengkayang,gunung ini memerlukan waktu 3 jam perjalanan dari kota bengkayang..

FOTO KEGIATAN GENESIS

Kamis, 24 Oktober 2013

Latihan Bilai'..



Pada saat latihan santai tapi serius ,jadi ngak ngebosanin,dan ada kalanya sangat serius danada kalanya pula kita santai..
Semoga Genesis Selalu tetap jaya .Amin.

SEJARAH BENGKAYANG

Bagi masyarakat Kalimantan Barat, Bengkayang merupakan kata yang sering didengar bahkan sering diucapkan, karena Bengkayang telah ada sejak zaman Kesultanan Sambas dan zaman Pemerintahan Hindia Belanda. Selain itu, Bengkayang merupakan salah satu Kabupaten di propinsi Kalimantan Barat ini, yang dibentuk pada tahun 1999. Akan tetapi sampai saat ini belum jelas asal usul dan arti nama Bengkayang. Mengapa daerah ini dinamakan Bengkayang? Oleh karena itu sub-bab ini menjadi sangat penting untuk menemukan asal kata dan arti Bengkayang. Dengan demikian, maka Bengkayang dapat dipahami secara etimologis sebagai dasar filosofi bagi pembangunan Kabupaten Bengkayang.

Asal usul dan arti nama Bengkayang masih dalam proses pencarian. Bengkayang bagi sebagian orang merupakan perkataan yang jarang didengar dan bahkan ada yang menganggapnya karena salah dengar atau salah ucap semata. Hal itu mungkin disebabkan kelangkaan literatur tentang Bengkayang yang dapat diakses oleh segenap masyarakat di negeri ini. Sampai saat ini belum ditemukan asal kata Bengkayang dari bahasa apa dan apa artinya yang sesungguhnya. Menurut Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, “bengkayang” berarti keras mangkas, keras perutnya (terlalu kenyang dsb). Akan tetapi, Poerwadarminta, dalam kamus tersebut memberikan tanda bahwa kata Bengkayang disangsikan (mungkin karena salah dengar, salah tulis, salah baca dan sebagainya), jarang dipakai (hanya hidup dalam bahasa lingkungan atau daerah), sudah usang atau mati, atau hanya hidup beberapa lamanya lalu tenggelam.

Dari sumber yang penulis himpun, terdapat beberapa versi dalam mengartikan istilah Bengkayang. Menurut versi sesepuh masyarakat Bengkayang bahwa kata Bengkayang berasal dari perkataan Bangkai Bujang. Ketika itu masyarakat pendatang dan suku asli (Dayak) suka berkelahi lalu bangkainya (mayat) dibuang ke sungai.

Versi lain juga menyebutkan bahwa kata Bengkayang berasal dari sebutan Begayang dari bahasa Dayak Bekati’ yang berarti berjalan, berjalan-jalan. Orang Dayak suka keluar kampung dengan cara berjalan kaki, kemudian suatu saat di tengah perjalanan bertemu dengan tentara Belanda. Tentara Belanda tersebut bertanya kepada orang kampung yang berjalan, .. kalian orang mau kemana? Lalu dijawab begayang (berjalan) tuan… Lidah orang Belanda kurang pasih mengucapkan kata Begayang, lalu diucapkannya, o… Bengkayang. Sampai akhirnya sebutan Bengkayang melekat dan akrab ditelinga masyarakat pada waktu itu hingga sekarang.

Dalam bahasa Cina Khek, Bengkayang lebih dikenal dengan sebutan Tainam atau Lala. Lala asal kata Rara, karena dialek masyarakat Tionghoa tidak bisa menyebut huruf r, lalu disebut Lala. Rara sebutan dari masyarakat Dayak Bekati adalah sebuah kampung ujung Sebalo di bawah pegunungan (Tiga Desa) lebih kurang 12 km dari kota Bengkayang. Awal mula terbentuknya kota Bengkayang berasal dari pasar Sebalo lalu pindah ke Selenci kemudian setelah Belanda (VOC) datang pindah ke Bengkayang. Pusat perdagangan sebelum Bengkayang ketika itu ada di Ledo. Orang China datang ke Bengkayang bersamaan dengan kedatangan VOC melalui Sambas lewat Ledo dan Sebalo melalui sungai ke Selence dan akhirnya menetap di Bengkayang. Orang kampung Sebalo jika akan belanja melewati sungai atau lewat lereng gunung dengan mengendarai kuda.


Berdirinya Kota Bengkayang

Kapan dan bagaimana berdirinya kota Bengkayang pada zaman dahulu kala belum diketahui secara akurat dan objektif. Oleh karena itu, sub-bab ini akan berusaha untuk mengupas secara akurat dan objektif mengenai proses berdirinya kota Bengkayang, baik dari sumber tuturan sejarah maupun catatan/laporan tertulis dari orang-orang yang berkompeten akan hal tersebut.

Menurut beberapa sumber yang dapat dipercaya keabsahan dan kevalidannya, keberadaan kota Bengkayang bermula dari kedatangan warga China pekerja tambang emas di Manterado yang sengaja diundang Sultan Sambas pada tahun 1678 M. Setelah beberapa tahun bekerja sebagai pekerja tambang emas di Manterado, sebahagian dari mereka ada yang mengembara ke Bengkayang dan sebagian pulang ke negeri asalnya daratan Tiongkok. Sementara itu, jauh sebelum warga China datang ke Bengkayang, sudah ada penduduk asli yakni suku Dayak yang bermukim di pedalaman Bengkayang. Dengan demikian diperkirakan Bengkayang berdiri tahun 1688 M.

Berdasarkan umur Kelentang tertua yang ada di Bengkayang, yaitu Kelenteng Sakjha, diperkirakan istilah kampung Bengkayang sudah dikenal masyarakat sejak tahun 1728 (kurang lebih 280 tahun silam).

Cikal bakal berdirinya Bengkayang berawal dari sungai Sebalo, Tiga Kampung dan Tainam (bahasa Cina Khek). Tainam merupakan ujung sungai Sebalo (hulu air Sebalo). Sungai Sebalo dahulu sungai besar yang muaranya dari sungai Sambas. Tiga wilayah tersebut adalah tempat bermukimnya warga Dayak dan Melayu serta Cina. Mereka memanfaatkan lereng gunung seperti gunung Sekayok dan gunung Melabo sebagai tempat tinggal dan tempat bercocok tanam. Namun pada tahun 1970 dengan alasan keamanan maka orang kampung yang bermukim di pegunungan diperintahkan turun gunung.

Awalnya Bengkayang merupakan sebuah kampung bagian dari wilayah kerajaan Sambas. Orang pertama yang merintis dan membuka jalan menuju Bengkayang adalah Jerendeng Abdurahman orang Menado. Kampung Bengkayang sebagai tempat singgah para pedagang dan penambang emas dari Singkawang dan Monterado. Para penambang dan pedagang yang kebanyakan berasal dari negeri China, setelah mereka menuju Monterado lalu melanjutkan pengembaraannya ke Bengkayang. Sedangkan para penambang emas di Monterado yang sudah lama sering beristirahat di Singkawang untuk melepas kepenatannya. Bengkayang juga sebagai tempat bercocoktanam seperti menanam padi, kebun karet dan dan sayur mayur. Sebab orang China yang datang ke Kalimantan Barat disamping pandai menggarap tambang emas juga ahli dalam bidang pertanian.

Pada tahun 1930 seorang guru kebangsaan Belanda mengajar Ilmu Bumi menyebut ibukota negeri Lara dan Lumar adalah Bengkayang.

GUNUNG BAWANG BENGKAYANG

Di Kaki Gunung Bawang, Bengkayang berada. Sebelum dimekar menjadi kabupaten yang otonom, kota ini merupakan bagian dari Kabupaten Sambas. Pada 27 April 1999, pemerintah membentuknya menjadi Kabupaten Bengkayang dengan ibukota Bengkayang. Sebab dikelilingi oleh gunung, Bengkayang, meski panas menggeram, tetap menyebarkan hawa sejuk sebab masih banyak dikelilingi oleh hutan. Setelah matahari terbenam, udara suhu ikut turun dan udara menjadi lebih sejuk. Gunung Bawang yang berada di kabupaten ini merupakan gunung yang dikeramatkan oleh Suku Dayak.
Perjalanan menuju Bengkayang, kami lewat hutan lindung. Jalur utama menuju Bengkayang kami lewati pendering jika dari arah Singkawang. Itulah nama jalur ini sering disebut oleh warga setempat. Jalur ini sudah ada sejak jaman Belanda dan dibuat oleh pemerintahan dagang Belanda, yang kala itu hendak mengakut hasil bumi dari hutan Kalimantan menuju kota dagang, Singkawang atau menuju Pontianak. Jalurpendering merupakan jalur penghubung Singkawang dan Bengkayang dan kota selanjutnya. Jarak tempuh antara Singkawang ke Bengkayang tak kurang dari 2 jam.
Jalur pendering berliku-liku. Perjalanan lewat jalur pendering mengingatkan saya pada jalur lain di Sumatra Barat lewat kelok 44. Kendaraan kami harus melewati hutan lindung dan perkampungan Dayak Bakati’. Tak ada lampu sepanjang jalan di hutan ini. Cahaya lampu dari mobil atau motor yang membuat jalur menjadi terang dan bisa dilewati. Seringnya, lampu sorot mobil yang dipakai sehingga jarak pandang bisa jauh.
Karena jalur hutan yang berbukit dan lembah, maka hampir sepanjang perjalanan, sinyal telepon genggam saya seringkali lenyap. Ya, daerah ini menjadi wilayah dengan paling banyak blank spot, sebab hampir sepanjang perjalanan, tak ada sinyal di handphone. Sekitar satu jam perjalanan, kami berhenti di tengah tol hutan. Kebetulan di tengah tol itu ada satu perkampungan penduduk Dayak Bakati’. Kami singgah untuk rehat sebentar, sambil mengobrol dengan penduduk lokal.
Yang menarik adalah melihat perkembangan kota ini selama 13 tahun terakhir. Infrakstruktur mulai terbangun dengan rapi. Jalan-jalan baru dibuka. Pembukaan lahan baru untuk lokasi perniagaan, perumahan, bisnis, dan perkantoran pemerintah . Tapi masih haru sada usaha promosi sehingga kota ini bisa mengembangkan daya tawar akan potensi bisnis, wisata, atau lainnya yang ada di kota ini. Salah satu infrakstruktur yang cukup menarik untuk dilihat adalah kompleks perkantoran pemerintah yang berada di satu area. Pemerintah Bengkayang membangun kantor pemerintahan yang terpusat di mana kantor bupati dan kantor-kantor dinas lainnya berada satu atap.
Komitmen untuk membangun pemerintahan yang transparan cukup tinggi, terbukti dengan keinginan untuk bisa segera mengaplikasikan Undang Undang No. 14 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Sayangnya, dari segi kapasitas sumber daya manusianya masih belum cukup memahami tentang aplikasi dan implementasi UU tersebut. Sementara media warga lebih banyak menyerap informasi lewat televisi. Sehingga budaya visual berkembang dengan baik di sini. Sementara untuk media cetak belum cukup berkembang di Kabupaten Bengkayang. Kalau berharap media nasional yang datang dari Jakarta bisa sore atau keesokan harinya warga baru baru bisa membaca berita dari koran. Sementara koran dari Pontianak juga tibanya siang. Koran lokal tak ada. Radio hanya ada satu untuk sementara dan itu merupakan radio komunitas. Sehingga pengembangan media merupakan satu kesempatan yang baik ke depan.
Sisi lain, Jalan di pusat niaga kota ini sempit dan kotor. Banyak sampah dibuang di sebarang tempat. Belum lagi, gabungan pasar tradisional menyebabkan bau sampah basah yang ada di sudut-sudut jalan menyebar tak sedap. Membuat lingkungan yang bersih dan nyaman menjadi satu hal lain yang harus diperhatikan bersama. Jangan sampai sampah menumpuk di mana-mana. Bahkan di pinggir jalan besar. Tak lucu kalau mau berkunjung ke kantor Bupati, kita harus lewati jalan yang penuh dengan sampah.
Hal lainnya, jika berkunjung ke Bengkayang Anda bisa tinggal di sebuah hotel yang menggunakan gaya arsitektur rumah Betang. Namanya hotel Lala Golden. Harga kamar hotel di Lala Golden berkisar antara 250 ribu hingga 350 ribu. Hotel juga memberikan sarapan pagi. Selain itu juga ada kolam renang.
Kota Bengkayang masih akan terus berkembang. Sebagai salah satu kabupaten baru, akses informasi publik dapat membantu masyarakat ikut berkembang. Masyarakat Bengkayang bisa punya masa depan yang baik dan menjadi kota yang paling menyenangkan sebagai tempat tinggal jika warga mulai diajak ikut berpartisipasi dalam setiap perencanaan pembangunan.